Menyikapi Kehidupan Yg Fana

6.5.11

Minggu kemarin saya mendapatkan berita suka & duka dari salah satu teman saya. Berita sukanya yaitu anak ketiganya telah lahir dengan selamat ke dunia ini tanpa kurang sesuatu apapun. Namun berita dukanya sang ibu meninggal dunia karena pendarahan setelah melahirkan, tragis. Mengapa saya berkata seperti itu? karena teman saya itu telah membangun rumah baru untuk mereka, dan rencananya akan diisi minggu-minggu sekarang.

ada banyak hal yg bisa kita ambil hikmahnya dari ini [maksudnya saya..], pada minggu-minggu kemarin saya benar-benar sibuk dengan acara pribadi saya dan sering pulang ke rumah dan jujur banyak ibadah yg terlewat. ini seakan menyadarkan saya lagi untuk ingat bahwa hidup ini hanyalah sementara dan tidak akan ada habisnya bila kita terus mengejar yg tak bisa kita kejar. meski demikian bukan berarti kita harus berleha-leha, karena bagaimanapun hidup ini hanyalah sekali sebagaimana kata seorang alim dulu pada saya :

"Kejarlah dunia seakan kau akan hidup selamanya, dan kejarlah akhirat seakan kau akan mati besok" 

Kata-kata yg bisa dipahami dalam berbagai cara, namun tetap memiliki inti keseimbangan hidup. 

Selain itu juga ini benar-benar seakan membuktikan bahwa seorang ibu melahirkan anaknya selalu dengan taruhan nyawa, tak peduli siapa dia dan dimana ia berada. Maka sudah selayaknya kita memberikan penghormatan yg khusus untuk ibu kita, karena berapapun uang yg kau berikan, berapa lamanya kita berbakti, takkan pernah dapat menandingi pengorbanan yg telah ia lakukan untuk kita.

2 komentar

  1. hiks.. bagus gan... tetap pada pak ading gan :(

    BalasHapus
  2. wah, dikunjungi mastah ternyata... iya, pak ading memang the best lah

    BalasHapus

 

About

Flip

Original:
Flipped:

Most Reading